Tampilkan postingan dengan label Spesies Baru. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Spesies Baru. Tampilkan semua postingan

18 Mar 2010

Ikan Trout Transgenik Dengan Otot Besar

Baru-baru ini di Amerika telah berhasil mengembangkan ikan transgenik yaitu ikan trout yang setelah di modifikasi secara genetik, bisa menghasilkan massa otot ikan yang lebih besar




Omong-omong tentang transgenik, transgenik / rekayasa genetika itu apa sih?

Rekayasa genetik adalah rangkaian teknik untuk mengisolasi, memodifikasi, menggandakan, dan merekombinasi gen dari organisme berbeda. Menurut ilmuwan biologi molekuler, Mae Wan Hoo, dalam bukunya, teknik ini memungkinkan perpindahan gen antar spesies berbeda yang tak mungkin saling kimpoi secara alamiah, misalnya gen ikan dimasukkan ke dalam tomat dan gen manusia dipindahkan ke domba.

Teknologi ini dirancang untuk mematahkan halangan antarspesies dan melemahkan mekanisme pertahanan spesies. Rekayasa genetik tanaman dan hewan dimulai pada pertengahan 1970-an yang dipicu penemuan beberapa teknik kunci dalam genetika molekuler.
Ikan mutant ini adalah hasil penelitian seorang Professor di Universitas Rhode Island, Mr. Terry Bradley. Dengan memodifikasi genetis ikan trout, ikan mutant ini memiliki massa otot antara 15-20% lebih tinggi dari ikan standar.

Nyambung lagi ke ikan mutant itu, adapun penelitian tersebut diantaranya dengan menghambat myostatin, protein yang memperlambat pertumbuhan. Mereka menyuntik ribuan telur ikan trout dengan berbagai jenis DNA yang menghambat kinerja enzim myostatin.

Efek positif dari hasil penelitian ini adalah secara komersil, dengan hasil daging ikan yang lebih banyak, namun tanpa menambah ongkos pakan ikan.

Amerika sangat getol meneliti tentang transgenik, dari mulai tanaman sampe hewan. Memang sih secara komersil, hasil produk transgenik sangat menguntungkan. Namun, secara kesehatan, masih menjadi tanda tanya apakah aman mengkonsumsi produk transgenik? sobat tau kan saat kasus kacang kedelai impor dari Amerika yang ternyata adalah kacang kedelai transgenik?

Memang sih selama ini belum ada laporan ilmiah di Indonesia yang membuktikan mengenai bahaya produk transgenik, selain reaksi alergis (produk ini telah ditarik dari pasaran). Sehingga,sampai saat ini, produk transgenik masih layak untuk dikonsumsi. Akan tetapi, memang diakui bahwa publikasi mengenai resiko makanan produk transgenik terhadap manusia, masih sangat sedikit. Padahal mungkin sebenarnya dampak negatif konsumsi produk transgenik sudah banyak terjadi di masyarakat hanya saja tidak banyak data yang membuktikannya.

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3591810

selengkapnya 10 Comments

26 Jan 2010

Tokek Sebesar Kepala Pensil Ditemukan di Hutan Ekuador


Seekor tokek sangat kecil, yang dapat bertengger di atas pensil ditemukan bersama dengan puluhan spesies hewan baru di hutan tropis, Ekuador.

Para ilmuwan juga menemukan 30 varietas katak baru dan seekor ular penyedot siput - yang semuanya diambang kepunahan.

mereka - Cerro Pata de Pajaro, dalam bahasa Spanyol berarti Kaki Bukit Burung - kelihatannya telah 95 persen pepohonannya ditebang untuk pertanian.

Kondisi khusus lereng gunung tersebut - hutan tropis berawan - yang berarti hewan-hewan ini tidak dapat ditemukan pada bukit bagian barat tetangga Ekuador.



"Ada keprihatinan mendalam, spesies ini akan segera punah atau bahkan sebelum hewan itu secara resmi dijelaskan oleh ilmu pengetahuan," ujar kepala ekspedisi Dr. Paul Hamilton, Penjelajah Ekologi Reptil dan Ampibi Internasional.

"Bagian lain dari Ekuador, jika anda pergi ke suatu tempat, anda akan menemukan 20 hingga 30 spesies katak. Dan jika anda pergi ke sisi berikutnya anda akan melihat perbedaannya dalam jumlah besar."

Timnya juga menemukan tiga spesies kadal tanpa paru-paru dan ular semak, yang merupakan ular berbisa di dunia namun jarang ditemukan karena hampir punah akibat diburu.

Salah satu penemuan paling menggembirakan para ilmuwan adalah katak yang lebih memilih bertelur di pepohonan dibandingkan pada air.



Bukannya menetas menjadi berudu, namun katak tersebut langsung menetas menyerupai jenis katak dewasa yang berukuran sangat kecil, yang besarnya tidak lebih dari peniti.

"Ular penyedot bekicot, memiliki ciri khas merah mencolok, dengan moncong tumpul yang berfungsi menyumbat lubang dan memudahkannya menyedot bekicot keluar dari cangkangnya," ujar Dr. Hamilton, ilmuwan Amerika, seperti dilansir Daily Mail.

Namun habitat hewan ini sedang terancam oleh penggundulan hutan dan perubahan iklim.



Kenaikan temperatur dan kekeringan telah memaksa sejumlah binatang berpindah ke elevasi yang lebih tinggi guna memperoleh suhu dingin dan iklim basah.

Sesungguhnya, lokasi seperti Pata de Pajaro berada di bawah ancaman gangguan ekologis yang tak terhitung banyaknya, dari luas penebangan untuk peternakan hingga penebangan liar dan perburuan.

Sejumlah pola perubahan iklim benar-benar memprediksi, banyaknya hutan-hutan tropis beserta binatangnya yang bergantung pada pola ini, akan lenyap seluruhnya akibat pemanasan global jika sesuatu tidak dilakukan untuk menyelamatkannya.

Katak musim hujan ditemukan sangat rentan terhadap perubahan iklim karena mereka bergantung pada kelembaban pohon untuk bertelur yang akan mengering seiring meningkatnya temperatur alam.

Upaya para ilmuwan sebelumnya di wilayah tersebut telah menghasilkan keragaman yang menakhjubkan lebih dari 140 reptil dan hewan amfibi.

"Terdapat banyak kesenjangan dalam ilmu pengetahuan kita tentang status dan distribusi hewan tropis; penelitian ini hanya goresan permukaan dari apa yang kita ketahui tentang wilayah itu sendiri, apalagi yang terjadi pada pola-pola kepunahan global," ujar Dr. Hamilton.

"Namun untuk membendung pola tingkat kepunahan saat ini, kita semua semestinya melakukan apa yang bisa dilakukan, seperti menghentikan penebangan hutan untuk lahan peternakan, mengurangi makan daging atau secara sederhana mendidik diri kita sendiri dan menyebarkannya ke seluruh dunia."

Dr. Kerry Kriger, direktur organisasi sosial Penyelamatan Hewan Amfibi mengatakan: "Yang menjadi kabar baik adalah binatang-binatang tersebut masih hidup dan masih berada di sana, sehingga masih ada kesempatan untuk menyelamatkan hewan-hewan itu dari kepunahan."

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3187792

selengkapnya 4 Comments

17 Jan 2010

Makhluk Pertama Berbadan Setengah Flora Setengah Fauna

Tampaknya siput laut ini makhluk pertama yang tubuhnya setengah flora setengah fauna. Pasalnya siput yang baru ditemukan ini bisa menghasilkan pigmen klorofil seperti layaknya tumbuh-tumbuhan. Para ilmuwan memperkirakan siput cerdik ini mencuri gen dari alga yang mereka makan sehingga bisa menghasilkan klorofil. Dengan gen curian itu mereka bisa berfotosintesis, yaitu proses tumbuhan untuk mengubah cahaya matahari menjadi energi.



"Hewan ini bisa membuat molekul berisi energi tanpa makan apa-apa," kata Sydney Pierce, pakar biologi dari Universitas South Florida di Tampa. Pierce telah mempelajari mahluk unik ini, yang telah resmi dinamakan Elysia chlorotica, selama 20 tahun.

Ia mengajukan temuan terbarunya pada tanggal 7 Januari 2010, pada pertemuan tahunan Komunitas Integratif dan Perbandingan Biologi di Seattle. Temuan ini dilaporkan pertama kali oleh jurnal Science. "Ini pertamakalinya hewan multiselular bisa menghasilkan klorofil," tutur Pierce.

Siput laut ini tinggal di rawa-rawa air asin di New England, Kanada. Selain mencuri gen untuk menghasilkan pigmen hijau klorofil, hewan ini juga mencuri bagian-bagian kecil sel yang disebut kloroplas, yang dipakai untuk melakukan fotosintesis. Kloroplas menggunakan klorofil untuk mengubah cahaya matahari menjadi energi, seperti tanaman, sehingga hewan ini tak perlu makan untuk mendapatkan energi.

"Kami mengumpulkan sejumlah hewan ini dan menyimpannya di akuarium selama berbulan-bulan," kata Pierce, "Asalkan diberi cahaya selama 12 jam sehari, mereka bisa bertahan (tanpa makan)."

Para peneliti memakai pelacak radioaktif untuk memastikan bahwa siput-siput ini benar-benar menghasilkan klorofil, dan bukan mencurinya dari pigmen yang sudah pada alga. Nyatanya, siput-siput ini mengintegrasikan materi genetika dengan begitu sempurna sehingga bisa diturunkan pada generasi selanjutnya.

Anak-anak dari siput yang sudah mencuri gen juga bisa menghasilkan klorofil sendiri, walaupun mereka tak bisa berfotosintesis sebelum mereka makan cukup alga hingga bisa mencuri cukup kloroplas. Sejauh ini kloroplasnya belum bisa mereka produksi sendiri. Keberhasilan siput-siput ini mengagumkan, dan para ilmuwan juga masih belum pasti bagaimana caranya hewan ini bisa memilih gen yang mereka butuhkan.

"Mungkin saja DNA dari satu spesies bisa masuk ke spesies yang lain, seperti yang telah dibuktikan oleh siput jenis ini. Tapi mekanismenya masih belum diketahui," ungkap Pierce.

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3133390
nih videonya

">

selengkapnya 19 Comments

10 Jan 2010

Tikus Raksasa Ditemukan di Papua



Tikus raksasa ditemukan pegunungan Foja, Papua. Tikus ini lima kali lebih besar dibandingkan tikus yang biasa ditemukan kota-kota dan merupakan spesies tikus baru.

Penemuan ini merupakan hasil ekspedisi Conversation International (CI) dan LIPI yang menjelajahi lebatnya hutan di pegunungan Foja. Tikus bongsor ini sama sekali tidak takut manusia, malahan mendekati tenda peneliti yang sedang mengunjungi daerah itu.

"Sangat menyenangkan ada tempat di dunia ini yang begitu terisolasi sehingga alamnya masih perawan," kata Bruce Beehler, pemimpin ekpedisi itu, seperti dikutip AFP, Selasa (18/12/2007)

Selain tikus raksasa, peneliti juga menemukan posum yang juga merupakan spesies baru. Perjalanan menembus pegunungan Foja telah dua kali dilakukan, perjalanan pertama dilakukan ke gunung itu pada akhir 2005 kemudian perjalanan kedua dilakukan pada Juni 2007.

Rencananya CI dan LIPI akan mengadakan perjalanan untuk ketiga kalinya pada akhir 2008 atau awal 2009. Perjalanan ini akan melanjutkan survei untuk mencari katak, mamalia, kupu-kupu, dan tanaman dengan spesies baru.

kaskus.us

selengkapnya 3 Comments

4 Jan 2010

Spesies Baru Hiu Ditemukan



Spesies baru hiu, "Eastern Pacific black ghostshark (Hydrolagus melanophasma)" berhasil diidentifikasi oleh para tim riset, termasuk Akademi Research Associates, David Ebert dan Douglas J. Long.

September yang lalu hiu tersebut diklasifikasikan sebagai spesies baru. Ini merupakan spesies baru genus Hydrolagus (bahasa latin dari water rabit), karena struktur giginya yang mirip kelinci. Sebenarnya hiu ini pertama kali ditemukan tahun 1960an, namun karena klasifikasi taksonomi makhluk ini belum jelas maka belum diberi nama dan belum diklasifikasi. September lalu akhirnya hiu ini digolongkan sebagai Hydrolagus melanophasma (hantu hitam).

Hiu ini ditemukan di pantai California Selatan. Sejauh ini hanya 9 hiu yang berhasil ditangkap. Hiu ini termasuk golongan ikan paling misterius yang masih hidup sampai sekarang.

selengkapnya 3 Comments